22 Juli 2009 Akan Terjadi Tsunami ?
Informasi berbahasa Inggris tersebut beredar melalui SMS, BlackBerry Messanger berikut gambarnya, maupun email pada Selasa (21/7). Tajuknya ‘July 22nd 2009 another tsunami’.
Isinya diawali dengan sapaan. Lalu memberitahukan agar jauh-jauh dari kawasan pantai selama bulan Juli.
Diprediksi akan ada tsunami menghantam pada 22 Juli. Akan ada juga gerhana matahari.
Informasi tersebut juga menyebutkan daerah terparah yang akan dilanda tsunami adalah Malaysia, Singapura, Maldiva, Australia, Mauritus, Sri Lanka, India, Indonesia, dan Filipina.
Berikut isi informasi lengkapnya: “Hello there. I just wanted 2 let you know that please stay away from the beaches all around in the month of July. There is a prediction that there will be another tsunami hitting on July 22nd. It is also when there will be sun eclipse. Predicted that it is going 2 be really bad and countries like Malaysia (Sabah & Sarawak), Singapore, Maldives, Australia, Mauritius, Si Lanka, India, Indonesia, Philippines are going 2 be badly hit. Please try and stay away from the beaches in July. Better 2 be safe than sorry. Please pass the word around. Please also pray for all beings.” [sss]
Bohong, Isu Tsunami 22 Juli
JAKARTA, KOMPAS.com — Pakar astronomi Dr Thomas Djamaluddin menampik berita mengenai akan terjadinya gempa disertai tsunami pada 22 Juli 2009 di kawasan Asia Timur yang beredar melalui surat elektronik.
“Itu hoax alias analisis bohong. Belum ada teori dan metode sains yang dapat memperkirakan secara meyakinkan tempat dan waktu terjadinya gempa dan tsunami,” kata Peneliti Utama Astronomi-Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) itu di Jakarta, Kamis (23/4).
Analisis berbahasa Inggris beserta teori lengkap dengan beberapa skema berwarna yang dikirim melalui milis-milis itu mengimbau agar masyarakat di wilayah pesisir Malaysia, Indonesia, Singapura, Filipina, India, Sri Lanka, Australia, Mauritius, dan Maladewa menjauh dari pantai pada 22 Juli dan membeberkan penjelasan yang tampak ilmiah.
Djamal mengakui bahwa pada tanggal 22 Juli 2009 benar akan terjadi gerhana matahari, di mana matahari-bulan-bumi berada pada satu garis dan melintasi Asia Tenggara dan Timur, tetapi tidak ada dasar untuk prakiraan gempa dan tsunami.
“Memang ada dugaan kuat efek pasang surut gabungan bulan dan matahari pada saat bulan baru, termasuk saat gerhana matahari dan saat bulan purnama, termasuk gerhana bulan, yang dapat memicu terjadinya gempa,” katanya.
Menurut dia, kalau benar di wilayah itu tertumpuk energi yang belum dilepaskan pada gempa-gempa sebelumnya, potensi gempa yang dipicu oleh pasang surut maksimum bulan-matahari tidak perlu menunggu 22 Juli 2009 karena setiap bulan baru dan bulan purnama punya potensi untuk memicu pelepasan energi berupa gempa.
Ramalan Terjadi Tsunami 22 Juli Analisis Bohong
Jakarta (ANTARA News) – Pakar Astronomi Dr Thomas Djamaluddin menampik berita mengenai akan terjadinya gempa disertai tsunami pada 22 Juli 2009 di kawasan Asia Timur yang beredar melalui surat elektronik.
“Itu hoax (berita bohong) alias analisis bohong. Belum ada teori dan metode sains yang dapat memperkirakan secara meyakinkan tempat dan waktu terjadinya gempa dan tsunami,” kata Peneliti Utama Astronomi-Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) itu menjawab Antara di Jakarta, Kamis.
Analisis berbahasa Inggris beserta teori lengkap dengan beberapa skema berwarna yang dikirim melalui milis-milis itu mengimbau agar masyarakat di wilayah pesisir Malaysia, Indonesia, Singapura, Filipina, India, Sri Lanka, Australia, Mauritius, dan Maladewa menjauh dari pantai pada 22 Juli dan membeberkan penjelasan yang tampak ilmiah.
Djamal mengakui bahwa pada tanggal 22 Juli 2009 benar akan terjadi gerhana matahari, di mana matahari-bulan-bumi berada pada satu garis dan melintasi Asia Tenggara dan Timur, namun tidak ada dasar untuk prakiraan gempa dan tsunami.
“Memang ada dugaan kuat efek pasang surut gabungan bulan dan matahari pada saat bulan baru, termasuk saat gerhana matahari dan saat bulan purnama, termasuk gerhana bulan, yang dapat memicu terjadinya gempa,” katanya.
Menurut dia, kalau benar di wilayah itu tertumpuk energi yang belum dilepaskan pada gempa-gempa sebelumnya, potensi gempa yang dipicu oleh pasang surut maksimum bulan-matahari tidak perlu menunggu 22 Juli 2009, karena setiap bulan baru dan bulan purnama punya potensi untuk memicu pelepasan energi berupa gempa.