Di Balik Kisah Ibu Lahirkan Bayi Berkaki dan Tangan 4


Bayi Berkaki 4 dan Bertangan 4 Lahir di Medan


Bayi Berkaki 4 dan Bertangan 4 – Sekitar 5 menit setelah dilahirkan lewat operasi caesar, bayi perempuan pasangan Soni Armansyah Ginting (32) dan Farida Hanum (35), akhirnya meninggal dunia di RSUP H Adam Malik, kemarin (6/8) sore. Yang mengejutkan, bayi itu lahir dengan kondisi aneh dan tak sempurna. Memiliki 4 tangan dan 4 kaki, dua alat kelamin.


Foto Bayi Berkaki 4 dan Bertangan 4 Lahir di MedanFoto Bayi Berkaki 4 dan Bertangan 4 Lahir di Medan


Bayi perempuan itu merupakan anak keempat pasutri yang berdomisili di Jalan Luku I Gang Kali, Medan itu. Sebelum operasi, tim dokter sempat melakukan USG. Dokter sempat terkejut karena hasilnya aneh. Bayi itu memiliki dua kepala. Satu kepala normal dan satu lagi masih belum terbentuk. Letaknya pun berjauhan, kepala yang belum jadi berada di dekat anus.


Bila dilihat, posisi bayi seperti orang terlentang yang saling bertindih. Diantara kepala yang normal dan belum jadi, terdapat dua pasang tangan dan dua pasang kaki. Namun semuanya dempet. Bibir bayi juga sumbing. Sayangnya, pasutri itu belum bisa dimintai keterangan karena masih dirawat di ruang pasca bedah. Namun seorang perawat mengaku sempat bercerita dengan Soni yang mengaku pasrah dengan kondisi bayi. “Yang penting sekarang istriku selamat,” ujar perawat yang enggan namanya ditulis, mengulang ucapan Soni.


“Bayi berkaki empat dan tangan empat itu, telah meninggal tak lama setelah dilakukan operasi,” ujar Kabag Hukum dan Humas RS Adam Malik, Drg Atmawijaya. “Salah satu kepala bayi, lengket di pantat bayi satunya sehingga kepala bayi itu tidak sempurna. Kalau usia kandungan si ibu normal, yakni antara 38 sampai 40 minggu,” terang Atma lagi.


Kesalahan Proses Pembentukan


Menurut dr. Cristofel Tobing SPOGK, kelahiran bayi dengan kondisi tak normal sebenarnya dari interpretasi genetic atau proses pembentukan janin di dalam kandungan.


Secara teori, pembuahan terjadi setelah bergabungnya sperma dan sel telur. Kromosom yang berjumlah 46, 23 dari laki-laki dan 23 dari perempuan akan sempurna jika tidak ada satupun yang menyimpang atau tidak bagus. Namun bisa pula kemungkinan kelainan tersebut karena faktor keturunan.


Ada proses di dalam rahim sebelum janin terbentuk. Biasanya organ genetis sudah lengkap diusia 12 minggu kehamilan. Jika terjadi kelahiran tidak normal seperti bayi pasangan Farida dan Soni, berarti ada sesuatu yang terjadi di 12 minggu pertama kehamilan.


“Misalnya si ibu memakan obat-obatan yang dapat menggangu tumbuh kembang si janin,”ucap dokter yang bertugas di RSU. dr. Pirngadi Medan itu. Ia mengumpamakan kehamilan yang tidak diinginkan. Si ibu akan mengupayakan agar si bayi tidak lahir sehingga mengkonsumsi obat-obatan yang secara farmatologis tidak boleh dimakan.


Misalnya dengan meminum jamu atau obat-obatan untuk menggugurkan kandungan. Bisa pula jamu terlambat datang bulan dikonsumsi disaat sedang hamil. “Yang pasti, orang hamil muda jangan sembarangan minum obat,”ujarnya. Kehamilan normal juga harus didukung dengan asupan gizi yang baik. Ia mengatakan, sebaiknya wanita hamil dengan kondisi optimal. Bebas penyakit, berat badan ideal dan cukup gizi.


Untuk itu sebelum hamil, seorang wanita harus memeriksakan kondisi kesehatannya, apakah dia memiliki penyakit atau tidak. Kontrol ke dokter atau bidan selama hamil untuk memeriksakan kehamilan dan asupan gizinya sangat penting. Sebenarnya dengan USG, usia kehamilan 18 minggu orang tua sudah tau kondisi bayi yang dikandungnya apakah normal atau tidak. “Dengan USG, 18 minggu sudah diketahui lengkap tidaknya organ tubuh bayi,”tuturnya.


Ditanya apakah dalam dunia kedokteran bayi yang tidak normal boleh diaborsi, Cristofel menjawab diplomatis. “Belum ada peraturan seperti itu di Indonesia. Biar bagaimanapun yang namanya bayi jika sudah terbentuk dan memiliki tanda-tanda kehidupan tetap harus dilahirkan,”tutupnya.


Sebelumnya, pada Senin (13/4) bayi berkaki empat juga dirawat di RS Adam Malik. Bayi kembar siam buah cinta perkawinan Asnul Marpaung dan Asnizar Tanjung tersebut, diberi nama Rizki Sabillah dan Riska Sabillah tersebut, sempat mendapatkan perawatan medis di Puskesmas Kampungmesjid, Kecamatan Kualuhhilir, Labuhanbatu.


Menurut diagnosa dokter, bayi tersebut lahir kembar siam namun tidak sempurna. Tubuh bayi memiliki satu badan, empat kaki, empat tangan. Organ dalam tubuh bayi dalam keadaan sempurna. Ketika lahir berat bayi tersebut 3,9 kg dalam keadaan sehat dan stabil. Karena peralatan di Puskesmas Kampungmesjid tidak memadai, akhirnya bayi kembar siam tersebut, di rujuk Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik Medan. (posmetro-medan.com)


Di Balik Kisah Ibu Lahirkan Bayi Berkaki dan Tangan 8


Farida Hanum, ibu bayi berkaki dan tangan 8.Farida Hanum, ibu bayi berkaki dan tangan 4.


Anak Pertama Lahir Tercampak ke Dinding Lagi Jalan, Kepala Anak Kedua Keluar


RSUP H ADAM MALIK-CERITA-cerita Farida Hanum (35) cukup membuat kaget. Jauh hari sebelum melahirkan bayi dengan 4 tangan dan 4 kaki, dia rutin minum pil KB agar tidak hamil. Selain itu, kejadian aneh juga dialaminya saat kelahiran anak pertamanya. Putra yang kini berusia 7 tahun itu, tercampak ke dinding ketika keluar dari rahim.


Saat ditemui di ruang Rindu B, Lantai I, RSUP H Adam Malik Medan, kemarin (7/8), Farida sudah mulai bisa diajak cerita. Di awal cerita dia bilang, sejak kelahiran anak ketiganya, dia dan suami sepakat untuk tidak menambah anak. Bahkan sejak 2005 itu, dia rutin mengkonsumsi Pil KB.


Farida sendiri, yang tak didampingi suaminya Soni Ardiansyah Ginting (32) mengaku heran. “Padahal aku minum pil KB. Nggak tau kenapa bisa bocor (hamil-red)?” ujar Farida.


Masih katanya, tekad mereka untuk tidak menginginkan bayi lagi sangat kuat. Sebab selain telah punya tiga anak, kehidupan dan perekonomian mereka pun pas-pasan.


Tapi kenyataan berkata lain. Farida yang berdarah Aceh-Sunda itu, kembali mengandung. Namun yang dikandungnya selama ini ternyata berwujud ganjil. Tak tahu, apakah ada hubungannya dengan metafisis akibat penolakan kepada bayi sejak lama atau itu efek negatif dari pil KB. Sejauh ini belum ada jawaban pastinya.


Kembali cerita Farida, padahal sejak mengandung anak keempatnya itu, dia memaksakan diri mencari barang bekas untuk membantu suami memenuhi kebutuhan keluarga.


“Dalam keadaan hamil, aku tetap kerja. Kalau tidak mencari botot, yah cuci pakaian orang. Kalau tidak begitu, darimana kami bisa makan?” kata Farida yang suaminya berprofesi sebagai tukang becak bermotor (parbetor).


Banting tulang Farida wajar saja. Sebab suaminya paling-paling hanya bisa memberikan Rp.20 ribu tiap hari. Malah terkadang tak dapat uang sama sekali. “Makanya ku bantu mencari botot,” ujar Farida.


Diceritakannya lagi, suatu ketika, tepatnya saat kehamilan keempat bulan, Farida membawa anak-anaknya mencari botot. Di teriknya siang itu, anak-anaknya kelaparan.


“Karena nggak ada uang, aku terpaksa mengambil sisa makanan dari tong sampah. Itu yang aku kasih untuk makan anak-anak. Yah, aku pun saat itu ikut makan nasi sisa itu,” kenang Farida.


Kondisi yang begitu parahlah, membuat Farida dan suaminya benar-benar bertekad untuk menghentikan kehamilan. Tapi rahim yang sudah sempat terisi, tak mungkin dibunuh. Mereka takut dosa dan hukum yang akan bertindak.


“Untung kami pake Jamkesmas. Kalau tidak, bagaimana bisa bayar uang operasinya?” ujar Farida seraya mengaku, tidak terkejut dengan keanehan anak keempatnya yang diberi nama “Kamis” itu.


“Aku nggak terlalu heran dengan keanehan anak keempat ku ini. Sebab aku sudah mengalami keanehan sejak melahirkan anak pertamaku yang bernama Rahmanda di tahun 2002,” katanya.


Saat itu, Farida melahirkan di rumah dengan dibantu bidan. Tapi entah bagaimana, tiba-tiba bayi yang masih menempel ari-ari itu, tercampak sampai membentur dinding kamar.


Selanjutnya pada kelahiran anak kedua di 2003, Farida juga mengalami hal aneh. Waktu itu, dia baru saja memeriksakan kehamilannya ke klinik dekat rumahnya. “Kata bidan, kandunganku normal. Bidan juga menyuruh aku datang besoknya, kembali periksa,” kisah Farida.


Tapi saat berjalan ke klinik, tak disadari Farida, putri yang diberi nama Puja Sri Karina itu, saat itu malah mengeluarkan kepala dengan tubuh masih tetap berada di rahimnya.


“Begitu sampe di depan pintu Klinik, kepala bayiku sudah keluar. Bidan itu pun terkejut dan cepat-cepat aku disuruhnya berbaring. Gampang saja dia menarik bayiku keluar,” terang Farida yang tersenyum mengingat kisah itu.


Nah dua tahun kemudian, Farida kembali melahirkan anak ketiganya yang diberi nama Dedek Sri Karina. “Cuma anak ketigaku inilah yang normal. Bahkan saat lahir anakku beratnya sampai 4 Kg,” ujarnya seraya menambahkan, jenajah bayinya sore itu juga langsung dikebumikan suami bersama warga di TPU Muslim, tak jauh dari kediaman mereka di Jalan Luku I, Gang Kali, Padang Bulan, Medan. (surya)

0 Responses