JK akan Mundur Total dari Politik
JAKARTA -- Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla (JK) memastikan mundur sepenuhnya dari pentas politik setelah meletakkan jabatannya di Munas Partai Golkar mendatang. JK tidak merespons tawaran dari kubu Aburizal Bakrie-Akbar Tandjung untuk duduk sebagai ketua dewan kehormatan Partai Golkar.
Penegasan itu disampaikan JK ketika bertemu empat mata dengan Ketua DPD I Partai Golkar Gorontalo Fadel Muhammad di Istana Wakil Presiden, Selasa 4 Agustus. Dia menegaskan akan menepati janji yang pernah disampaikan dalam debat calon presiden, yakni pulang kampung, mengurusi masjid, pendidikan, serta perdamaian bangsa.
"Saya sudah tidak mikir-mikir kedudukan di Golkar, apakah sebagai dewan kehormatan atau apa, ya silakan saja. Saya tidak mikir-mikir itu lagi. Saya mau kembali ke daerah, bekerja untuk sosial, dan tidak akan pusing-pusing lagi dengan politik. Kalau mau mereka bikin (lembaga dewan penasihat), ya silakan saja," ujar JK, seperti dituturkan Fadel Muhammad.
Fadel mengatakan, dalam pertemuan itu, JK bercerita bahwa dirinya baru saja bertemu pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid. Gus Sholah dalam pertemuan tersebut mendorong JK untuk bertarung dalam pemilihan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU).
Namun, JK menolaknya. "Saya sudah katakan akan kembali ke daerah, bangun Indonesia Timur, bangun sosial kemasyarakatan," papar Fadel, menirukan ucapan JK.
Gubernur Gorontalo yang dekat dengan kubu Aburizal Bakrie-Akbar Tandjung itu mengatakan datang untuk melaporkan hasil pertemuan enam DPD I dan puluhan DPD II Partai Golkar se-Sulawesi di Makassar Senin lalu 3 Agustus.
Dalam pertemuan tersebut, mereka mendukung Aburizal Bakrie karena berjanji tidak akan menjadi menteri dan bekerja penuh untuk Golkar. "JK tertawa mendengarnya," ujarnya.
Fadel juga menanyakan rumor yang menyebutkan bahwa JK berada di belakang pencalonan Yuddy Chrisnandi sebagai ketua umum Golkar. JK tak membantah, namun juga tidak membenarkan. "JK bilang, silakan saja bertarung, silakan saja semuanya maju. Saya juga tanyakan kalau dulu JK pernah bilang akan mendukung Ical. JK bilang, silakan saja untuk bertarung," katanya.
Dalam pertemuan tersebut, JK hanya berpesan agar semua calon ketua umum Golkar bertarung secara sehat sehingga tidak merusak Golkar. Dia juga berpesan agar pengurus-pengurus Golkar memutuskan siapa yang terbaik menjadi ketua umum tanpa terpengaruh faktor eksternal.
Secara gamblang, JK menyebut mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung sebagai pihak di luar kepengurusan partai yang berupaya memengaruhi keputusan internal pengurus-pengurus partai.
"Ya, memang ada Akbar dan ini kita sampaikan ke JK. Dia bilang internal saja yang putusin, jangan terlalu besar pengaruh eksternal ke dalam Golkar," terang Fadel.
Dalam pertemuan tersebut, Fadel menawarkan untuk memediasi pertemuan antara JK dan Aburizal Bakrie. JK menampik dengan mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki masalah dengan Aburizal Bakrie. Fadel menduga, ganjalan komunikasi antara JK dan Aburizal Bakrie terjadi karena ada pengaruh Akbar Tandjung di kubu Ical.
"Keduanya dekat, apalagi selama ini Ical (panggilan akrab Aburizal Bakrie) membantu Golkar dengan dana yang cukup besar. Jadi, JK tidak ada masalah. Entahlah kalau dampak eksternal," ujarnya.