Semanggi Suroboyo



Selama tiga dekade lebih Sarpik melestarikan sayur semanggi. Meski tanaman semanggi sudah langka, hanya dijumpai di kawasan Benowo, perempuan 34 tahun ini tak ingin jajanan khas Surabaya itu musnah.


Tidak mudah mencari tanaman semanggi atau dalam bahasa ilmiah disebut Hydrocotyle sibthorpioides. Seiring pertumbuhan Surabaya sebagai kota metopolitan, areal persawahan menyusut drastis. Dan itu membuat semanggi, tumbuhan menjalar, dengan daun berbentuk empat bulatan di atas satu tangkai, ini pun makin terpinggir.

Tak heran, orang Surabaya sendiri pun banyak yang belum pernah melihat tanaman semanggi. "Wong adanya di daerah pinggiran, khususnya Benowo. Saya tiap hari kita ambil daun semanggi dari sana. Kebetulan kita menanam sendiri karena nggak mungkin mengandalkan pasokan dari orang lain," ujar Sarpik, pedagang sayur semanggi terkenal.

Berbeda dengan pedagang semanggi tradisional, Sarpik tak perlu masuk-keluar kampung untuk menjajakan semanggi. Sebab, dia punya konter khusus di Jalan Dempo 19 Surabaya. Masih termasuk kawasan Petemon, yang dikenal sebagai pusat penjualan semanggi sejak dulu.

"Sebelum jualan di sini, ya, jualan keliling di Petemon Timur. Ibu saya memang ikut merintis usaha ini," papar Sarpik.

Melihat ketekunan ibunda Sarpik, dan semangginya sangat disukai konsumen, pemilik rumah di Jalan Dempo 19 mengajaknya berjualan secara menetap. Dengan begitu, masyarakat tidak perlu susah-susah mencari masakan kesukaannya. "Alhamdulillah, dept ini bertahan sejak tahun 1970-an," ujar perempuan yang ramah ini.

Rumah makan, yang buka setiap hari, kecuali Senin ini, memiliki omzet cukup besar. Setiap hari Sarpik mampu menjual sedikitnya 150 porsi. Kalau Sabtu dan Minggu, atau tanggal merah, Semanggi Dempo 19 mampu menjual 300 hingga 400 porsi. Harga setiap porsi Rp 8.000.

Kerupuk puli, camilan pelengkap sayur semanggi, diperoleh Sarpik dari seorang pedagang di Benowo. "Yang jual kerupuk puli itu cuman satu orang, ya, di daerah Benowo juga. Setiap kilonya Rp 45 ribu. Jadi, saya nggak buat sendiri," jelas Sarpik.

Dalam sehari, Sarpik bisa menghabiskan empat kilogram kerupuk puli. Satu porsi semanggi standar terdiri atas daun semanggi, kerupuk puli, dan bumbu ketela, garam, gula, dan kacang tanah. "Ada tambahan kecambah karena biasanya pengunjung di sini meminta tambahan kecambah," urainya.

Upaya Sarpik melestarikan semanggi Suroboyo beroleh apresiasi dari berbagai pihak. Ini bisa dilihat dari banyaknya undangan untuk mengisi food festival baik yang diadakan Pemerintah Kota Surabaya maupun lembaga swasta seperti hotel berbintang. Dalam festival makanan yang digelar sebuah merek kecap, misalnya, stan semanggi selalu menjadi favorit pengunjung.

"Saya juga sudah beberapa kali masuk televisi. Bahkan, Pak Bondan Winarno pernah meliput usaha saya. Alhamdulillah, Semanggi Dempo 19 menjadi semakin dikenal masyarakat," katanya.

Kini, Sarpik sudah membuka tiga cabang di Surabaya. Yakni, di ITC Lantai 3, Food Court Galaxy Mall, dan Café Sera Jemursari.
0 Responses