Siti Rahmah Dewi, Bayi Berkepala Dua
Nahariah tak pernah menyangka anak ketiganya lahir dengan tubuh tak sempurna. Segumpal daging tumbuh di kepala serta di kedua ujung tangan dan kaki anaknya. Karena kondisi ini, ia dijuluki bayi berkepala dua.
Di siang hari yang terik, Siti Rahmah Dewi tampak tertidur pulas di pangkuan ibunya. Sesekali tangannya tergoyang seakan hendak menggapai sesuatu. Bayi mungil ini tak merasa terganggu dengan kehadiran Makassar Terkini beserta tetangga lainnya yang ingin menyaksikan secara langsung ketidaksempurnaan tubuh yang dimilikinya.
Tidak seperti bayi lainnya, Siti Rahmah Dewi yang lahir tanggal 8 Juni 2009 di kampung asal ayahnya, yakni di Desa Garing, Malakaji, Gowa, memiliki segumpal daging yang tumbuh di kepala dan kedua tangan dan kakinya. Yang lebih aneh, bayi yang lahir dengan bobot tubuh 3 kilogram ini tak mengeluarkan setitik darah pun saat dilahirkan.
“Tidak seperti anakku yang lain. Waktu Rahmah lahir, yang membungkus tubuhnya cuma semacam lendir tanpa ada setetes darah pun. Bidan yang menolong persalinan juga heran,” terang Nahariah, ibunya. Saat melahirkan Rahmah secara normal, Nahariah tidak mengeluhkan firasat atau pun rasa sakit tertentu.
Tidak itu saja, Rahmah lahir dengan kulit yang mulus dan berwarna coklat laksana tubuh orang dewasa. Diakui Nahariah, kulit tubuh anaknya tidak selamanya berwarna coklat. Terkadang kulitnya berubah warna menjadi putih dan di lain waktu berubah kembali menjadi sedikit kehitaman.
Melihat kondisi anaknya yang tidak normal, Nahariah dan Saraba’ yang berprofesi sebagai petani, berinisiatif membawa anak ketiganya ini ke Makassar untuk berobat. Setiba di Makassar, Rahmah ditangani langsung oleh dokter spesialis anak di RSU. Wahidin Sudirohusodo. Dari hasil pemeriksaan dokter spesialis, Rahmah didiagnosa menderita penyakit meningoencephalocele yakni semacam pembengkakan akibat jaringan otak yang terbuka dan infeksi. Diyakini ibunya, dalam gumpalan daging ini juga terdapat organ otak yang sama dengan yang dimiliki Rahmah. Dalam pengobatan ini, Nahariah yang memiliki Jamkesmas, tidak pernah mengeluarkan biaya apapun, sebab semuanya ditanggung oleh rumah sakit.
Setelah seminggu dirawat di ICU, para dokter memutuskan untuk mengoperasi Rahmah karena melihat kondisi kesehatannya yang kian membaik. Tetapi keanehan terjadi. Setiap kali Rahmah ingin dioperasi, tubuhnya mendadak panas tinggi seakan menolak untuk dioperasi.
“Setiap kali akan dioperasi, suhu tubuhnya tiba-tiba panas tinggi. Tetapi jika tidak dijadwalkan untuk dioperasi, suhu tubuhnya kembali normal,” lanjut ibu tiga anak ini. Kondisi aneh tersebut ditambah lagi dengan ketidakmampuan komputer dan alat-alat kedokteran canggih lainnya untuk melakukan diagnosis dan CT Scan. “Tiap kali benjolannya akan dirontgen, semua komponen komputer tiba-tiba mati dan lampu padam. Dan hal ini tidak hanya terjadi sekali. Tiap akan dirontgen, pasti terulang,” terangnya.
Atas saran seorang warga asal Arab Saudi yang sangat dipercayainya dan juga keinginan keluarga, Nahariah akhirnya memutuskan untuk membawa pulang anaknya dan meneruskan perawatan di rumahnya yang terletak di bilangan Jalan Abdul Kadir II. Diungkapkan oleh Nahariah bahwa sejak lahir Siti Rahmah Dewi sangat jarang menangis. “Kalau lapar atau buang air kecil di celana, dia tidak menangis. Rahmah hanya menangis kalau ada yang pegang-pegang dan dia tidak suka dengan orang tersebut,” paparnya.
Di siang hari yang terik, Siti Rahmah Dewi tampak tertidur pulas di pangkuan ibunya. Sesekali tangannya tergoyang seakan hendak menggapai sesuatu. Bayi mungil ini tak merasa terganggu dengan kehadiran Makassar Terkini beserta tetangga lainnya yang ingin menyaksikan secara langsung ketidaksempurnaan tubuh yang dimilikinya.
Tidak seperti bayi lainnya, Siti Rahmah Dewi yang lahir tanggal 8 Juni 2009 di kampung asal ayahnya, yakni di Desa Garing, Malakaji, Gowa, memiliki segumpal daging yang tumbuh di kepala dan kedua tangan dan kakinya. Yang lebih aneh, bayi yang lahir dengan bobot tubuh 3 kilogram ini tak mengeluarkan setitik darah pun saat dilahirkan.
“Tidak seperti anakku yang lain. Waktu Rahmah lahir, yang membungkus tubuhnya cuma semacam lendir tanpa ada setetes darah pun. Bidan yang menolong persalinan juga heran,” terang Nahariah, ibunya. Saat melahirkan Rahmah secara normal, Nahariah tidak mengeluhkan firasat atau pun rasa sakit tertentu.
Tidak itu saja, Rahmah lahir dengan kulit yang mulus dan berwarna coklat laksana tubuh orang dewasa. Diakui Nahariah, kulit tubuh anaknya tidak selamanya berwarna coklat. Terkadang kulitnya berubah warna menjadi putih dan di lain waktu berubah kembali menjadi sedikit kehitaman.
Melihat kondisi anaknya yang tidak normal, Nahariah dan Saraba’ yang berprofesi sebagai petani, berinisiatif membawa anak ketiganya ini ke Makassar untuk berobat. Setiba di Makassar, Rahmah ditangani langsung oleh dokter spesialis anak di RSU. Wahidin Sudirohusodo. Dari hasil pemeriksaan dokter spesialis, Rahmah didiagnosa menderita penyakit meningoencephalocele yakni semacam pembengkakan akibat jaringan otak yang terbuka dan infeksi. Diyakini ibunya, dalam gumpalan daging ini juga terdapat organ otak yang sama dengan yang dimiliki Rahmah. Dalam pengobatan ini, Nahariah yang memiliki Jamkesmas, tidak pernah mengeluarkan biaya apapun, sebab semuanya ditanggung oleh rumah sakit.
Setelah seminggu dirawat di ICU, para dokter memutuskan untuk mengoperasi Rahmah karena melihat kondisi kesehatannya yang kian membaik. Tetapi keanehan terjadi. Setiap kali Rahmah ingin dioperasi, tubuhnya mendadak panas tinggi seakan menolak untuk dioperasi.
“Setiap kali akan dioperasi, suhu tubuhnya tiba-tiba panas tinggi. Tetapi jika tidak dijadwalkan untuk dioperasi, suhu tubuhnya kembali normal,” lanjut ibu tiga anak ini. Kondisi aneh tersebut ditambah lagi dengan ketidakmampuan komputer dan alat-alat kedokteran canggih lainnya untuk melakukan diagnosis dan CT Scan. “Tiap kali benjolannya akan dirontgen, semua komponen komputer tiba-tiba mati dan lampu padam. Dan hal ini tidak hanya terjadi sekali. Tiap akan dirontgen, pasti terulang,” terangnya.
Atas saran seorang warga asal Arab Saudi yang sangat dipercayainya dan juga keinginan keluarga, Nahariah akhirnya memutuskan untuk membawa pulang anaknya dan meneruskan perawatan di rumahnya yang terletak di bilangan Jalan Abdul Kadir II. Diungkapkan oleh Nahariah bahwa sejak lahir Siti Rahmah Dewi sangat jarang menangis. “Kalau lapar atau buang air kecil di celana, dia tidak menangis. Rahmah hanya menangis kalau ada yang pegang-pegang dan dia tidak suka dengan orang tersebut,” paparnya.