Kisah Sejati, Tidak Punya Cukup Uang – Mudik Pakai Sepeda Pancal
Karena impitan ekonomi seorang warga Lampung Barat memilih mudik Lebaran menggunakan sepeda ontel. “Saya tidak memiliki cukup uang untuk mudik di kampung halaman. Walaupun masih di daerah Lampung, ongkos yang dikeluarkan pun tidak sedikit, sedangkan pendapatan saya minim,” kata Suwono, 33, di Sekincau, Minggu (20/9).
Dia mengatakan saat ini untuk mencari uang sangat sulit, apalagi dia harus menghidupi keluarganya yang ada di Kota Bumi, yang harus mengandalkan pendapatan dengan berjualan mainan anak.
“Dengan pendapatan yang minim ini, saya harus rela berpanas-panasan naik sepeda sampai di Kota Bumi untuk ikut merayakan Lebaran bersama keluarga. Sayang uang yang didapat untuk ongkos pulang. Lebih baik uang itu saya berikan kepada keluarga saya,” katanya.
Ekonomi yang serba sulit yang diikuti melambungnya harga sembako membuat masyarakat mengeluh, bahkan tak jarang sebagian dari masyarakat memilih mudik menggunakan kendaraan apa adanya untuk menekan pengeluaran.
Harga tarif angkutan Lebaran menjadi alasan yang pokok untuk masyarakat memilih pulang kampung menggunakan kendaraan seadanya. “Memang letih selalu mendera, karena saya harus menempuh perjalanan sampai 10 jam lebih, itu pun kalau tidak hujan, kalau turun hujan, perjalanan pun memakan waktu sampai 12 jam lebih,”
Dia berharap, agar perekonomiannya di tahun yang akan datang dapat semakin meningkat, agar dia ingin merasakan bagaimana nikmatnya mudik menggunakan kendaraan yang layak tanpa harus berpanas-panasan.
Sementara itu pemudik lain, Aan setiawan, 41, mengatakan dirinya mudik juga menggunakan kendaraan seadanya, yakni menggunakan motor Vespa. “Sebenarnya saya ingin mudik menggunakan angkutan penumpang, akan tetapi tingginya biaya tarif membuat saya harus mudik menggunakan motor ini, walaupun di perjalanan menghadapi kendala pada mesin, tetapi saya menanggapi ini dengan santai, karena setiap perjalanan pasti ada kendala,” kata Aan.
Dia menambahkan, sebenarnya dia juga ingin seperti masyarakat lain yang hidupnya layak, bila mudik seperti sekarang ini, ekonomilah yang menentukan segalanya, sehingga saya harus mengikuti keadaan yang ada. (Media Indonesia)
Dia mengatakan saat ini untuk mencari uang sangat sulit, apalagi dia harus menghidupi keluarganya yang ada di Kota Bumi, yang harus mengandalkan pendapatan dengan berjualan mainan anak.
“Dengan pendapatan yang minim ini, saya harus rela berpanas-panasan naik sepeda sampai di Kota Bumi untuk ikut merayakan Lebaran bersama keluarga. Sayang uang yang didapat untuk ongkos pulang. Lebih baik uang itu saya berikan kepada keluarga saya,” katanya.
Ekonomi yang serba sulit yang diikuti melambungnya harga sembako membuat masyarakat mengeluh, bahkan tak jarang sebagian dari masyarakat memilih mudik menggunakan kendaraan apa adanya untuk menekan pengeluaran.
Harga tarif angkutan Lebaran menjadi alasan yang pokok untuk masyarakat memilih pulang kampung menggunakan kendaraan seadanya. “Memang letih selalu mendera, karena saya harus menempuh perjalanan sampai 10 jam lebih, itu pun kalau tidak hujan, kalau turun hujan, perjalanan pun memakan waktu sampai 12 jam lebih,”
Dia berharap, agar perekonomiannya di tahun yang akan datang dapat semakin meningkat, agar dia ingin merasakan bagaimana nikmatnya mudik menggunakan kendaraan yang layak tanpa harus berpanas-panasan.
Sementara itu pemudik lain, Aan setiawan, 41, mengatakan dirinya mudik juga menggunakan kendaraan seadanya, yakni menggunakan motor Vespa. “Sebenarnya saya ingin mudik menggunakan angkutan penumpang, akan tetapi tingginya biaya tarif membuat saya harus mudik menggunakan motor ini, walaupun di perjalanan menghadapi kendala pada mesin, tetapi saya menanggapi ini dengan santai, karena setiap perjalanan pasti ada kendala,” kata Aan.
Dia menambahkan, sebenarnya dia juga ingin seperti masyarakat lain yang hidupnya layak, bila mudik seperti sekarang ini, ekonomilah yang menentukan segalanya, sehingga saya harus mengikuti keadaan yang ada. (Media Indonesia)