Kalah Mutu, Ekspor Jamu Berisiko Anjlok


JAKARTA--Nilai ekspor jamu terancam anjlok 50 persen dalam 5 tahun mendatang. Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Jamu (GP Jamu), Charles Saerang, hal itu disebabkan karena para pengusaha jamu mulai beralih pada usaha ekspor bahan baku jamu.


“Karena produk kita mulai kalah mutu dengan produk dari negara-negara tetangga, akhirnya para pengusaha mulai berpikir sudahlah kita ekspor bahan bakunya saja,” kata Charles, dalam Pemaparan Rancangan Peta Jalan Industri Unggulan Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin), di Jakarta, Selasa petang (13/10). Padahal, selama ini jamu merupakan salah satu subsektor industri unggulan penangguk devisa.



http://www.republika.co.id/images/news/2009/10/20091014130758.jpg


JAMU: Kurangnya standar mutu jamu asal Indonesia,
mengancam berkurangnya ekspor jamu hingga 50 persen.

Industri jamu termasuk kluster industri berbasis budaya selain industri mebel dan kerajinan. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Industri, Teknologi, dan Riset, Rachmat Gobel, mengatakan industri jamu berpeluang meningkatkan ekspor rata-rata 15 sampai 20 persen per tahun 5 tahun ke depan.



Charles menuturkan, kurang lebih 100 dari 120 perusahaan besar jamu anggota GP Jamu sudah berdiversifikasi di ranah ekspor bahan baku jamu. Ia menganalisis prospek penurunan nilai ekspor disebabkan stagnasi dukungan pemerintah dan riset.


Ekspor jamu, lanjut Charles, terkendala regulasi dan birokrasi. Sebagai ilustrasi, ia memaparkan untuk menembus pasar Cina, setiap produk membutuhkan biaya perizinan Rp 1 miliar. Charles berpendapat ekspor jamu perlu diakselerasi dengan lobi antarpemerintah. Selama ini, ujar Charles, berbagai upaya promosi tanpa lobi government to government menurutnya menjadi kurang berhasil guna. International Trade Promotion Center (ITPC), nilainya, tidak berperan optimal.



Riset herbal di Indonesia, timbang Charles, kalah cepat dengan negara-negara tetangga. “Di Indonesia, setiap lembaga bisa punya penelitian tapi temanya sama. Ristek punya, Depkes punya, BPOM punya. Jadi tidak efektif,” kritiknya. Pemerintah, menurutnya, tak punya visi dalam mengembangkan industri jamu. Charles mengusulkan 5 komoditas bahan jamu sebagai unggulan untuk dikembangkan, yakni jahe, sambiloto, temulawak, kencur, dan pegagan.



Dengan dua kendala dukungan pemerintah dan riset, Charles khawatir investor jamu akan beralih ke negara tetangga. Saat ini, imbuh Charles, pengusaha asing mulai menjangkau langsung para petani tanaman jamu. Mereka, cerita Charles, mengijon tanaman-tanaman jamu untuk dipasok dan diolah di negara mereka. Salah satu komoditas yang diburu ialah jahe merah.



Sebenarnya, sejak tahun 1975 Indonesia termasuk dalam 10 besar negara penyuplai kebutuhan herbal dunia. Nilai ekspor jamu Indonesia saat ini mencapai 200 juta dolar AS. Pasar jamu Asia saat ini dikuasai oleh Cina, dengan pangsa pasar 16 miliar dolar AS dari total pasar 26 miliar dolar AS. Sementara ceruk pasar Indonesia di Asia sendiri baru berkisar 800 juta dolar AS.


Meski menjadi negara penghasil tanaman jamu yang subur, ternyata kebutuhan pasokan jamu Indonesia tak terlampau besar. Pasar jamu Indonesia baru berkisar 820 juta dolar AS. Sedangkan pasar jamu negara tetangga, Malaysia, sudah mencapai 1,5 miliar dolar AS. Dalam kesempatan yang sama, terungkap perbankan kurang memberikan dukungan pada industri hulu, seperti pengolahan jamu. c87/rin



0 Responses