Kisah Para PSK Yang Alih Profesi Jual Takjil Karena Libur Ramadhan

http://www.beritajakarta.com/images/foto/Pedagang%20Musiman2.jpg


Ramai ibu-ibu membeli takjil untuk berbuka puasa


Meski sejumlah kafe dan tempat prostitusi ditutup selama puasa ramadan, namun para PSK tidak kehilangan akal. Untuk bertahan hidup dan bisa pulang kampung membawa oleh-oleh, mereka mengganti profesinya dengan menjual takjil.
Ramai ibu-ibu membeli takjil untuk berbuka puasa

Ramai ibu-ibu membeli takjil untuk berbuka puasa

Menu-menu takjil ini biasa dijual di Jalan KH Abdullah Sajad, Kabupaten Sumenep, Madura. Para PSK dan penyanyi kafe itu berbaur dengan penjual takjil lainnya sepanjang 1 kilo berjajar ke arah barat. Mereka dengan santainya melayani pembeli dan tidak tampak sebagai wanita penghibur dan pelayan lelaki hidung belang.

Pada umumnya, takjil yang dijual sama dengan ibu-ibu lainnya,mulai dari nasi, kolak, es kelapa muda dan lain-lain. Setiap porsi dijual Rp1.250 dan untuk rempeyek dipatok Rp 3 ribu per bungkus.

Meski kaget saat didatangi dan tak menyangka ada yang mengenalnya, namun mereka mengaku terpaksa berjualan takjil agar bisa memiliki uang untuk lebaran. Sebab, untuk melayani lelaki hidung belang perlu ekstra hati-hati.

“Terpaksa mas berjualan kayak gini, tamu sepi banget dan saya juga ketakutan tuk melayani mereka seperti sebelum bulan puasa. Tapi, kalau ada waktu dan kesempatan ya tetap dilayani,” ujar Nining di sela-sela kesibukannya melayani pembeli, Minggu (23/8/2009).

Wanita penghibur asal Kangean Sumenep ini menjelaskan, jika sejak bulan puasa pendapatan sebagai wanita pelayan lelaki hidung belang terjun bebas. Untuk memenuhi kebutuhan hidup selama bulan puasa dan lebaran harus bekerja keras.

“Yang penting dapat uang dulu lah, biar bisa lebaran di kampung halaman,” kata Nining terlihat malu-malu.

Sementara seorang penyanyi di salah satu kafe di Sumenep, Vivi (24) asal Malang mengaku belum bisa pulang kampung karena biaya untuk lebaran belum cukup.

“Kafe pada tutup mas, ya jualan takjil dulu,” ujar Vivi di Jalan KH Abdullah Sajad Sumenep.

Vivi mengaku hari pertama, dia mampu meraup keuntungan dari jual takjil tersebut hingga Rp 200 ribu. Meski masih tergolong kecil dibandingkan dengan menyanyi di kafe, tapi sudah terpaksa tidak ada pendapatan lain pada bulan Ramadan ini.

“Berapapun pendapatannya ya saya tekuni aja, moga mendapat berkah juga dari bulan Ramadan ini,” kata Vivi yang mempunyai julukan si tomboy ini.

Semoga saja mereka segera mendapat hidayah untuk selamanya meninggalkan pekerjaan mereka sebagai PSK bukan hanya selama bulan Ramadhan ini melainkan seterusnya. Amien

(detiksurabaya)
0 Responses